MEDAN - Siang itu di Gedung Pameran Taman Budaya
Sumatera Utara (TBSU), para seniman dari tiga aliran yang live
menampilkan karyanya langsung dihadapan tamu undangan, terlihat dihadiri
penikmat seni asal Medan Ojaxs Manalu.
Dimintai pendapatnya, ia
bercerita betama minimnya perhatian pemerintah di Medan terhadap
berkesenian. Baginya, tiga aliran seni yang mengekspresikan karyanya di
dinding-dinding, bukanlah perbuatan negatif.
"Toh mereka membuat
sebuah gambar. Tidak adanya media yang bisa menempatkan mereka melukis,
berakibat jalanan penuh dengan gambar mereka. Ini menjadi pekerjaan buat
pemerintah bagaimana membuat sebuah wadah di mana anak-anak ini bisa
melakukan kegiatan secara positif dan tidak secara diam-diam kalau
ketahuan dikejar satpol PP," ujar pria gimbal ini, Minggu (26/6/2011).
Sebelumnya,
Adi Damanik menjelaskan, masuknya seni coret dinding di wilayah
Sumatera pada tahun 1990-an, sangat berbeda dengan beberapa kota seperti
Surabaya, Yogyakarta, Bandung, Jakarta yang sudah legal diakui
pemerintah.
Berbeda halnya dengan Medan dan kota-kota lain di Sumatera Utara yang belum dilegalkan secara sah oleh pemerintah.
Hal
senada diutarakan Kombet, yang fokus di seni grafitti. Siang itu
dirinya yang menggambar konsep wild style, ingin menunjukkan kepada
masyarkat bahwa seni grafitti tidak hanya ogah-ogahan.
Buktinya,
dengan seni itu mereka bisa menghasilkan uang, tak kala banyak
perusahaan atau individu yang mencintai gambar-gambar yang mereka buat
dipesan.
"Yang bisa baca gambar grafitti adalah saya dan
orang-orang yang beraliran sama seperti saya. Hari ini saya melukis kata
Kom, kepanjangan dari nama saya Kombet. Satu kotak piloks dihabiskan
untuk gambar ini dan jangan tanggung-tanggung untuk hasil maksimal. Toh
kami tetap bisa menghasilkan uang dari luar tak kala dipanggil melukis
rumah-rumah orang," ujar pria yang bergelut tujuh tahun dan mengaku
setiap dipanggil untuk melukis rumah costomer dihargai Rp 1 juta hingga
Rp 5 juta.
Sementara, Yanal, seniman mural yuang siang itu
menampoilkan karyanya berjudul Antara Aku dan Pelacur, mengaku ingin
mendedikasikan hidupnya di dunia seni.
Katanya, sangat banyak
individu mengaku seniman tapi sayang tak bekarya. Seni katanya tidak
lagi identik dengan keindahan, sebab seni saat ini bermacam-macam. Bisa
sedih, menggerauk dan sakit.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar