Laman

Rabu, 15 Januari 2014

PERBUATAN PELAKU GRAFFITI BUKANLAH HAL YANG NEGATIF

MEDAN - Siang itu di Gedung Pameran Taman Budaya Sumatera Utara (TBSU), para seniman dari tiga aliran yang live menampilkan karyanya langsung dihadapan tamu undangan, terlihat dihadiri penikmat seni asal Medan Ojaxs Manalu.
Dimintai pendapatnya, ia bercerita betama minimnya perhatian pemerintah di Medan terhadap berkesenian. Baginya, tiga aliran seni yang mengekspresikan karyanya di dinding-dinding, bukanlah perbuatan negatif.
"Toh mereka membuat sebuah gambar. Tidak adanya media yang bisa menempatkan mereka melukis, berakibat jalanan penuh dengan gambar mereka. Ini menjadi pekerjaan buat pemerintah bagaimana membuat sebuah wadah di mana anak-anak ini bisa melakukan kegiatan secara positif dan tidak secara diam-diam kalau ketahuan dikejar satpol PP," ujar pria gimbal ini, Minggu (26/6/2011).
Sebelumnya, Adi Damanik menjelaskan, masuknya seni coret dinding di wilayah Sumatera pada tahun 1990-an, sangat berbeda dengan beberapa kota seperti Surabaya, Yogyakarta, Bandung, Jakarta yang sudah legal diakui pemerintah.
Berbeda halnya dengan Medan dan kota-kota lain di Sumatera Utara yang belum dilegalkan secara sah oleh pemerintah.
Hal senada diutarakan Kombet, yang fokus di seni grafitti. Siang itu dirinya yang menggambar konsep wild style, ingin menunjukkan kepada masyarkat bahwa seni grafitti tidak hanya ogah-ogahan.
Buktinya, dengan seni itu mereka bisa menghasilkan uang, tak kala banyak perusahaan atau individu yang mencintai gambar-gambar yang mereka buat dipesan.
"Yang bisa baca gambar grafitti adalah saya dan orang-orang yang beraliran sama seperti saya. Hari ini saya melukis kata Kom, kepanjangan dari nama saya Kombet. Satu kotak piloks dihabiskan untuk gambar ini dan jangan tanggung-tanggung untuk hasil maksimal. Toh kami tetap bisa menghasilkan uang dari luar tak kala dipanggil melukis rumah-rumah orang," ujar pria yang bergelut tujuh tahun dan mengaku setiap dipanggil untuk melukis rumah costomer dihargai Rp 1 juta hingga Rp 5 juta.
Sementara, Yanal, seniman mural yuang siang itu menampoilkan karyanya berjudul Antara Aku dan Pelacur, mengaku ingin mendedikasikan hidupnya di dunia seni.
Katanya, sangat banyak individu mengaku seniman tapi sayang tak bekarya. Seni katanya tidak lagi identik dengan keindahan, sebab seni saat ini bermacam-macam. Bisa sedih, menggerauk dan sakit.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar